Selama 13 tahun, buron kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) Samadikun Hartono akhirnya tertangkap di era pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla. Dengan tertangkapnya Samadikun bukanlah akhir dari perburuan para buronan lainnya.
Menurut Mantan Aktifis 98, Ray Rangkuti, DPR punya peran dalam hal ini. Yakni bagaimana mengawasi proses penangkapan yang akan terus dilakukan.
“Tugas legislatif untuk mengawasi. Jangan sampai investasi kita jauh lebih besar dibanding dengan orang yang ditangkap. Sebab presiden itu tetap diuntungkan oleh setiap penangkapan buron,” kata Ray Rangkuti Aktifis 98, Sabtu (23/4) di Menteng, Jakarta Pusat.
Dia berharap pengejaran terhadap buronan lainya, harus jalan terus. “Misalnya Samadikun ditangkap sekarang, popularitas eksekutif naik luar biasa. Jadi perlu ada kontrol. Bisa-bisa pihak eksekutif mengejar para buronan, tetapi investasi politik lebih jauh dikeluarkan. Itu berbahaya,” jelas Ray.
Penangkapan Samadikun ini bukan lagi soal teknis. Tapi bagaimana soal bisa meyakinkan negara-negara dimana tempat para buron berlindung, supaya ikut membantu aparat melakukan penangkapan.
“Presiden melakukan negosiasi dengan negara-negara tertentu. Tetapi seluruh negosiasi itu tidak boleh dalam kerangka justru menangkap Samadikun misalnya dengan melepas yang lain. Yang kalau dihitung, justru kita rugi,” ujanrya.
Terpisah, anggota Komisi III Saiful Bahri Ruray mengatakan ektradisi Samadikun dengan etnis Uighur dinilai terlalu kecil. “Proses ekstradisi Samadikun harus diwaspadai, ini bukan semata-mata tindakan pro justitia,” ujarnya dalam diskusi bertema ‘BLBI yang Nyaris Terlupa’ di Jakarta, Sabtu (23/4).
Penyerahan Samadikun dari otoritas Cina ke Pemerintah Indonesia lebih banyak dikarenakan keputusan politik. Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa menjadi pangsa besar bagi Cina.
Saiful Bahri menduga, ini menjadi salah satu ‘modal’ Indonesia untuk bisa melakukan bargaining dengan Negara Tirai Bambu tersebut.
Meski begitu, politikus Golkar ini mengimbau pemerintah agar tetap waspada dan pintar. Hal ini dilatarbelakangi sejarah Cina yang cukup panjang dan pengalaman buruknya dalam Perang Candu dengan Inggris. Pada perang pertama, Cina kehilangan Hong Kong. Lalu pada perang kedua, Cina kehilangan Macao. (**)
Discussion about this post