Kisah nyata, Pada awalnya keluarga Karta tampak sangat harmonis, sehingga masyarakat sekitar sangat akrab dengan keluarganya. Banyak tetangga yang memuji keluarga ini, karena sangat jarang terdengar percekcokan. Akan tetapi siapa yang bias menyangka, kalau ternyata kenyataanya begitu berbeda dengan sebenarnya.
Memang sebelumnya keluarga ini tidak ada terjadi perseteruan. Namun di kemudian harinya ada saja masalah yang timbul, bahkan hal hal yang sangat remehpun bisa menjadi sumber pertengkaran, terutama antara Ibu Fatimah dan istri Karta yang selalu saja terjadi perselisihan. Sehingga Ibu Fatimah sering menerima cacian, hinaan fitnahan dari istri Karta.
Namun ibu Fatimah selalu sabar menerimanya, dia tidak pernah membalas perlakuan sang menantu. Harapan yang di idam idamkan adalah ia dapat menghabiskan masa tuanya dengan anak, menantu dan cucu dalam keseharian yang di warnai kebahagiaan teryata pupus sudah.
Demi kasihnya untuk anak tercinta, dia rela menerima berbagai perlakuan yang tidak sewajarnya dari sang menantu. Padahal sang ibu sudah bekerja seharian penuh,namun ada saja yang salah pada dirinya. cacian, hinaan, dan fitnahan selalu saja di tuduhkan kepada dirinya. bahkan darah dagingnya sendiri yang ia lahirkan, dirawat sejak kecil juga ikut membencinya.
Mas, saya tidak suka dengan ibu , masa seharian kerjanya cuma duduk duduk saja, saya kan capek sudah harus merawat anak kita si Dini, merapikan rumah,eh….ada yang lain bukannya ikut membantu kata Nita kepada suaminya. Sudahlah kamu tenang saja, nanti saya yang bicara kepada ibu.lama lama hilang juga kesabaran saya kepadanya, ucap Karta. Hasutan demi hasutan terus di tuduhkan kepada ibunya.
Tak tahan mendengar pengaduan istrinya. Karta yang tadinya tidak ambil pusing akhirnya menegur ibunya. hingga suatu malam terjadi pertengkaran yang hebat. Mas, saya sudah tak sanggup tinggal di ruamah ini , seperti di neraka saja, Saya atau dia yang keluar dari rumah ini. Kalau Mas tidak mengeluarin si tua Bangka itu dari rumah malam ini juga, saya yang akan keluar…tantang Nita.
Karena termakan dengan fitnah istrinya, akhirnya Karta tega mengusir ibunya sendiri. Bu saya sudah tidak sanggup dengan sikap ibu, ada saja pertengakran yang muncul. Daripada rumah tangga saya hancur karena keberadaan ibu di rumah ini, lebih baik ibu keluar dari rumah ini malam ini juga, Ibu bisa tinggal dirumah Tini atau Tuti. Usir Karta.
Saya Tidak mau tahu, bagaimanapun caranya ibu harus meninggalkan rumah malam ini juga, bentak Karta tanpa risih lagi. Nak ibu akan keluar dari sini, akan tetapi malam sudah larut, bagaimana mungkin ibu pergi. Ijinkan ibu untuk tinggal malam ini saja, esok pagi ibu akan meninggalkan rumah ini, pinta ibu Fatimah. Bersambung…
Discussion about this post