Target Sumbar – Diperkirakan sekitar tahun 930-an, ibu kota kerajaan berpindah ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok yang konon katanya sebagai yang mendirikan Wangsa Isyana. Penyebab kepindahan pusat kekuasaan ini tidak diketahui secara pasti. Namun berkemungkinan besar disebabkan oleh letusan hebat Gunung Merapi yang menjulang sekitar 20 kilometer di utara candi Prambanan. Adanya kemungkinan penyebab lainnya adalah peperangan dan perebutan kekuasaan. Setelah perpindahan ibu kota, candi Prambanan mulai terlantar dan tidak terawat, sehingga secara perlahan-lahan candi ini mulai menjadi rusak, runtuh dan tidak terawat.
Menurut legenda, bangunan candi Prambanan ini diduga runtuh akibat gempa bumi hebat pada abad ke-16. Meskipun tidak lagi menjadi pusat keagamaan dan ibadah umat Hindu, candi ini masih dikenali dan diketahui keberadaannya oleh warga Jawa yang menghuni desa sekitar. Candi-candi serta arca Durga dalam bangunan utama candi ini mengilhami dongeng rakyat Jawa yaitu legenda Rara Jonggrang.
Sejarah Penemuan Kembali Candi Prambanan
Masyarakat setempat di sekitar candi sudah mengetahui keberadaan candi tersebut. Namun mereka tidak tahu akan latar belakang sejarah sebenarnya. Siapakah raja dan kerajaan apa yang telah membangun komplek Prambanan ini, tidak diketahui dengan pasti. Sebagai hasil imajinasi, rakyat setempat, menciptakan dongeng lokal untuk menjelaskan asal-mula keberadaan candi-candi ini. Yaitu diwarnai dengan kisah fantastis mengenai raja raksasa, ribuan candi yang dibangun oleh makhluk halus jin dan dedemit hanya dalam tempo satu malam, serta putri cantik yang dikutuk menjadi arca. Legenda candi Prambanan dikenal sebagai kisah Rara Jonggrang yang sangat erat kaitannya dengan candi tersebut.
Sesuai ceritanya, pada tahun 1733, candi ini ditemukan oleh CA. Lons seorang berkebangsaan Belanda. Candi ini menarik perhatian dunia ketika pada masa pendudukan Britania atas Jawa. Ketika itu Colin Mackenzie, seorang surveyor bawahan Sir Thomas Stamford Raffles, menemukan candi ini. Meskipun Sir Thomas kemudian memerintahkan penyelidikan lebih lanjut, reruntuhan candi ini tetap terlantar hingga berpuluh-puluh tahun.
Pekerjaan penggalian tidak serius candsi ini dilakukan sepanjang 1880-an, namun sayangnya malah terjadi banyak penjarahan ukiran dan batu candi pada waktu itu. Kemudian Jan Willem IJzerman mulai membersihkan dan memindahkan beberapa batu dan tanah dari bilik candi. Selang beberapa saat kemudian, Isaäc Groneman melakukan pembongkaran besar-besaran dan batu-batu candi tersebut ditumpuk secara sembarangan di sepanjang Sungai Opak. Arca-arca dan relief candi diambil oleh warga Belanda dan dijadikan hiasan taman, sedangkan masyarakat setempat menggunakan batu candi untuk bahan bangunan dan pondasi rumah mereka. (**)
Discussion about this post