Minang News – Lokasi Candi Ratu Boko berada di sebelah selatan Candi Prambanan dengan memiliki luas sekitar 25 hektar. Meskipun letaknya tidak jauh dari Candi Prambanan, Candi Ratu Boko memiliki bentuk yang berbeda dengan Candi Prambanan. Candi Ratu Boko ini malah lebih mirip seperti bekas bangunan keratin.
Keindahan yang terdapat pada Candi ini tak hanya terlihat dari keindahan arsitektur alami Ratu Boko. Keunikan lain yang ada di komplek candi ini akan bisa membuat para pengunjung menjadi tercengang, bahkan di lokasi ini wisatawan bisa menyaksikan sunset menawan. Selain itu, masyarakat setempat sangat dikenal dengan keramahannya. Karena itu setiap wisatawan yang datang ke tempat ini akan merasa aman dan nyaman.
Di sini pelancong akan di tawarkan paket untuk melihat sunset yang mulai pada pukul 16.00 sampai matahari tenggelam di ufuk barat. Untuk mengikuti paket ini, wisatawan asing di kenakan biaya sekitar Rp 80.000 per orangnya. Dan untuk wisatawan lokal dikenakan biaya sekitar Rp 40.000 per orangnya. Dalam satu paket, bisa di ikuti hingga berjumlah sampai 10 orang.
Istana Ratu Boko adalah sebuah bangunan megah yang dibangun pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, salah satu keturunan Wangsa Syailendra. Istana yang awalnya bernama Abhayagiri Vihara, didirikan untuk tempat menyepi dan memfokuskan diri pada kehidupan spiritual. Berada di istana ini, anda bisa merasakan kedamaian sekaligus melihat pemandangan kota Yogyakarta dan Candi Prambanan dengan latar Gunung Merapi.
Istana ini terletak di 196 meter di atas permukaan laut. Areal istana seluas 250.000 m2 terbagi menjadi empat, yaitu tengah, barat, tenggara, dan timur. Bagian tengah terdiri dari bangunan gapura utama, lapangan, Candi Pembakaran, kolam, batu berumpak, dan Paseban. Sedangkan bagian tenggara meliputi Pendopo, Balai-Balai, 3 candi, kolam, dan kompleks Keputren.
Dari pintu gerbang istana, anda akan langsung menuju ke bagian tengah. Dua buah gapura tinggi akan menyambut anda. Gapura pertama memiliki 3 pintu sementara gapura kedua memiliki 5 pintu. Bila anda cermat, pada gapura pertama akan ditemukan tulisan ‘Panabwara’. Kata itu, berdasarkan prasasti Wanua Tengah III, dituliskan oleh Rakai Panabwara, (keturunan Rakai Panangkaran) yang mengambil alih istana. Tujuan penulisan namanya adalah untuk melegitimasi kekuasaan, memberi ‘kekuatan’ sehingga lebih agung dan memberi tanda bahwa bangunan itu adalah bangunan utama.
Discussion about this post