Target Sumbar – Sekarang ini kekerasan terhadap para wanita pada dasarnya tak mengenal usia, status ekonomi, maupun latar belakang seseorang. Kekerasan seksual dan kekerasan rumah tangga (KDRT) acap kali menimpa insan wanita tanpa logika dan alasan yang jelas.
Kekerasan lebih rentan terjadi pada ibu rumah tangga daripada wanita yang memiliki karier.
Ungkapan ini disampaikan oleh seorang psikolog dan juga salah satu pendiri yayasan PULIH, Livia Iskandar, di acara kampanye #mulaibicara dan #talkaboutit yang diselenggarakan oleh Magdalene, Lentera Sintas Indonesia, dan Binus University di Fx Mall, Jakarta, baru-baru ini.
Livia yang aktif membantu korban kekerasan domestik terutama yang menelan korban kaum wanita, mengatakan bahwa tak sedikit jumlah wanita karier yang memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga, apabila ia telah memiliki keluarga. Dan biasanya KDRT lebih banyak terjadi pada para ibu rumah tangga.
Ini masalah bargaining power. Wanita karier lebih jarang mengalami (KDRT) karena punya bargaining power, seperti ‘Aku juga membawa ‘sesuatu’ ke rumah’. Sementara itu, ibu rumah tangga lebih transaksional, maksudnya ibu rumah tangga biasa menyerahkan semua urusan keuangan pada suami karena berperan sebagai pencari nafkah sepenuhnya, sedangkan dirinya lebih menjadi pengurus anak dan rumah tangga. Tutupnya.
Saran Redaksi: Sebaiknya ibu rumah tangga perlu percaya diri dan memahami pengelolaan keuangan dalam rumah tangga. Selain terhindar dari masalah ekonomi yang dapat merembet ke tindakan KDRT, rumah tangga yang harmonis bisa terbangun dengan sendirinya. Bagi anda yang punya bargaining power, menghormati dan menghargai suami harus di utamakan. Pilihan ada ditangan anda, setiap orang berhak menentukan pilihannya.
Discussion about this post