Jakarta, TI – Diperkirakan sebanyak 500 pengunjuk rasa menuntut agar Myanmar dikeluarkan dari keanggotaan ASEAN. Hal ini ditegaskan oleh pemimpin orasi unjuk rasa dari salah satu ormas Islam.
“Kami menuntut Myanmar keluar dari ASEAN jika kekerasan terhadap Rohingya masih terus terjadi. Kami meminta ASEAN untuk tegas,” ucap pemimpin ormas tersebut pada orasinya di depan Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta, Jumat (25/11/2016).
Sebelum orasi dimulai, mereka sempat menggelar doa bersama sesaat di depan Kedubes Myanmar. Terlihat di lapangan, mulai berdatangan lagi kelompok-kelompok unjuk rasa yang lain. Tuntutan mereka pun masih sama, yaitu mendesak Myanmar hentikan kekerasan dan pembantaian di Rohingya.
“Kami sudah surati PBB, sudah surati Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta, tapi tak ada respon. Kami akan terus berdemo, bahkan yang lebih besar, jika kekerasan masih terjadi,” tegasnya lagi.
Mereka juga meminta Indonesia segera memutus hubungan diplomatik dengan Myanmar secepatnya.
Sebelumnya Menlu Retno Marsudi menegaskan Indonesia tak tinggal diam dengan keadaaan suku Rohingya di Myanmar. Indonesia sudah berdiplomasi agar Myanmar menyelesaikan konflik dengan suku muslim tersebut.
Menurut Retno, sejak dari dulu Pemerintah Indonesia selalu berhubungan Pemerintah Myanmar memberikan bantuan pembangunan kapasitas.
Menurut mantan Dubes RI untuk Belanda itu, banyak bantuan teknis terkait isu-isu besar untuk kebutuhan Myanmar yang sudah diberikan Indonesia. Bantuan itu, kata dia, fokus di Negara Bagian Rakhine yang merupakan domisili suku Rohingya.
Retno juga mengungkapkan bahwa Indonesia selalu berbagi informasi bahwa kita pernah menghadapi situasi yang sama dengan Myanmar. Tetapi Indonesia menekankan bisa mentransformasikan diri menjadi sebuah negara yang demokratis.
Selain itu, Kementerian Luar Negeri RI juga sudah memanggil Dubes Myanmar untuk Indonesia pada Senin 21 November. Pemanggilan dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait kondisi terkini di Rakhine.(Lampost)
Discussion about this post