Kisah nyata ini dituturkan langsung oleh seorang dokter, atas peristiwa yang menimpa jasad ayahnya. Dimana kisah nyata itu memang sengaja ditutupi dikampungnya. Dokter ini sudah berumur 52 tahun, dalam hal ini, ia meminta agar nama dan tempat tinggalnya dirahasiakan. Namun untuk memaparkan kisah nyata ini, sebut saja namanya Agus.
Ia berkisah, puluhan tahun silam. Ketika ia baru menyelesaikan sekolahnya di SMA. Selang berapa lama setelah lulus SMA, tiba-tiba cobaan yang tak pernah ada dalam bayangannya datang menimpa. Sang ayah mendadak jatuh sakit, hingga akhirnya berakhir dengan kematiannya. Semenjak kematian sang ayah, berbagai kejadian aneh yang sulit diterima dengan akal sehat pun mulai bermunculan.
Diceritakannya, pada saat jenazah sang ayah siap dimakamkan, sebuah peristiwa musykil tiba-tiba saja terjadi. Pada hari itu, pemakaman Almarhum sempat tertunda selama hampir dua jam. Hal ini dikarenakan lubang kubur yang telah disediakan, terus-menerus tanpa henti mengeluarkan air dengan disertai lumpur.
Padahal, waktu itu sedang musim kemarau panjang dan sudah lama tidak turun hujan. Anehnya, kenapa lubang kubur Almarhum selalu tergenang air. Meskipun begitu, para penggali kubur terus berusaha untuk menyelesaikan tugasnya. Pertanyaannya, memang sulit dijawab.
Dengan bantuan mesin pemompa air, liang lahat itu memang bisa dikeringkan, namun digenangi lumpur. Celakanya, ketika jasad Almarhum akan dimasukkan ke liang lahat, kejadian aneh kembali terjadi. Lubang kubur itu berubah mengecil dibandingkan ukuran tubuh Almarhum. Padahal, sebelumnya sudah diukur oleh para penggali kubur dengan teliti. Bahkan telah dilonggarkan beberapa puluh sentimeter.
Karena pada kenyataanya memang demikian, para penggali kubur terpaksa memperpanjang kembali liang lahat tersebut. Anehnya, meskipun sudah dipanjangkan dan dilebarkan hingga hampir setengah meter. Ngerinya, tetap saja tubuh Almarhum tidak bisa dimasukkan. Entah liang lahatnya yang mengecil, entah karena jenazah yang memanjang.
Agus, sang anak yang menyaksikan peristiwa itu hanya terpaku dan diam saja. Ia benar-benar disuguhi kenyataan yang tak masuk akal. Sungguh ia tidak mengerti, kenapa semua itu bisa sampai terjadi terhadap jenazah ayah kandungnya. Sementara itu, warga kampung yang ikut mengiringi jenazah Almarhum, mulai resah dan berbisik-bisikan.
Sedangkan Agus tidak tahu apa yang mereka bisikkan. Namun ia merasa kalau keanehan ini terjadi, karena ada sesuatu yang sama sekali tidak diketahui tentang ayahnya. Sesuatu yang membuat seolah-olah bumi tidak mau menerima jasadnya.
Tanpa berpikir panjang lagi Agus meminta agar jasad ayahnya tetap harus dikuburkan, meskipun harus menekuk bagian kaki. Memang pada akhirnya ayahnya bisa dikuburkan juga, meski tentu saja tidak layak. Sampai semua orang yang mengantar kepergian jenazah Almarhum ke tempat peristirahatannya yang terakhir sudah pulang, namun Agus masih mematung memandangi makam ayah yang tanahnya masih berwarna merah…? bersambung..
Discussion about this post