Oleh: Yohandri Akmal
Mestinya semangat revolusi mental dapat dilakukan menyeluruh di institusi pemerintahan. Jika ada pejabat negara atau institusi pemerintahan bobrok mental, maka semua sistem pemerintahan bakal terbawa bobrok.
Birokrasi yang bobrok dengan diselimuti kepribadian buruk, maka masyarakatnya akan menjadi acakadut. Kita mesti menyadari bahwa sudah saatnya berjuang mengubah itu. Sebab banyak hal yang mesti diubah, seperti etos kerja mereka itu sendiri serta karakter masyarakatnya. Dipemerintahan misalnya, pemberian insentif kepada seorang Pejabat, yang diketahui acap tidak hadir melaksanakan tugas, akan tetapi tetap saja mendapatkan gaji full serta insentif lainnya. Tentunya bisa menjadikan sebagian dari diri mereka malas masuk kerja disertai mental yang juga malas.
Mengingat banyaknya perilaku mental dikalangan birokrat seperti itu maka sudah saatnya harus diubah dan diperbaiki. Bila sisi birokrasi ada perbaikan, tentunya masyarakat juga bisa berubah. Contohnya, menyoal revolusi mental yang terlihat di tubuh DPR. Para legislator DPR, kerap bergerak dan berbicara serta tidak takut kepada pimpinan DPR.
Para anggota DPR, biasanya hanya takut kepada pimpinan fraksi dan pemimpin partai, karena merekalah yang memiliki kewenangan untuk bertindak kepada anggota DPR tersebut.
Indonesia saat ini menghadapi suatu paradoks pelik yang menuntut jawaban dari para pemimpin nasional. Setelah 18 tahun melaksanakan reformasi, masyarakat malah menjadi resah, galau atau krisis kepercayaan.
Dengan telah dipimpin bergantian oleh empat presiden antara 1998 dan 2014, mulai dari BJ Habibie, KH Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono hingga Jokowidodo. Indonesia memang telah mencatat sejumlah kemajuan di bidang ekonomi, sosial dan politik. Mereka memimpin di bawah bendera reformasi yang didukung oleh pemerintahan yang dipilih rakyat melalui proses yang demokratis.
Di bidang politik, masyarakat sudah banyak menikmati kebebasan serta hak-haknya dibandingkan sebelumnya, termasuk di antaranya melakukan pergantian pemimpin secara periodik melalui pemilu yang demokratis.
Di sisi lain, kita melihat dan merasakan kegalauan masyarakat seperti yang dapat kita saksikan melalui protes di jalan-jalan di kota besar dan juga di ruang publik lainnya, termasuk media sosial.
Pemimpin nasional dan tokoh pemikir, kerap bingung menjelaskan fenomena keresahan dan kemarahan masyarakat yang semakin hari makin merebak. Sementara oleh dunia, Indonesia dijadikan model keberhasilan reformasi yang menghantarkan kebebasan politik serta demokrasi bersama pembangunan ekonominya.
Yang sangat memilukan hati, “Mental Pejabat Malah Makin Terpuruk” sehingga masyarakat serasa tak lagi memiliki pejabat yang betul-betul memperhatikan nasib masyarakatnya.
Mengingat situasi kepercayaan masyarakat yang semakin manipis, menjadikan mereka selalu berharap munculnya Mental Pejabat Nan Ber-Akhlak.
Discussion about this post