Yogyakarta, TI – Penyandang disabilitas sejatinya bukan hanya membutuhkan belas kasih. Tapi lebih dari itu, mereka juga membutuhkan pekerjaan. Meskipun begitu, untuk memperoleh pekerjaan, penyandang disabilitas masih dihadapkan dengan stigma ketakutan, kekurangtahuan dan mitos yang berkembang di masyarakat. Hingga akhirnya pekerjaan pun sulit mereka dapatkan.
Hal itulah yang menjadi concern Joyce Bender, President and CEO Bender Consulting Service, Inc. and Chair of the National Epilepsy Foundation, dalam seminar “Economic Empowerment for People with Disability” pada Selasa siang (3/10).
Seminar yang diselenggarakan American Corner UMY bersama Kedutaan Besar Amerika ini bertempat di Gedung Kasman Singodimejo Ruang Sidang Pascasarjana Lantai 4 Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dihadiri mahasiswa UMY dan penyandang disabilitas.
Menurut Joyce, yang sudah melakukan penelitian di beberapa kota di Indonesia, permasalahan yang dihadapi penyandang disabilitas selalu sama: sulitnya mendapatkan pekerjaan.
“Saya sudah berkeliling Indonesia, seperti ke Sumatra, Bali, Kalimantan, dan yang menjadi permasalahan selalu sama,” kata Joyce yang menambahkan hal itu adalah stigma, ketakutan terhadap penyandang disabilitas, bahkan juga mitos.
Mitos seperti epilepsi menular dan sebagainya menyebabkan para penyandang disabilitas sulit memperoleh pekerjaan. Joyce bahkan menekankan, penyandang disabilitas tidak butuh belas kasih. “Tapi yang dibutuhkan mereka adalah pekerjaan dan perlakuan yang sama seperti kepada manusia normal umumnya,” kata Joyce yang idap epilepsi.
Penyandang disabilitas, bagi Joyce, bukan butuh kasihan. Tapi butuh pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Juga, membutuhkan perlakuan yang sama. (ASA)
Discussion about this post