Targetsumbar.com – Sekarang ini sepertinya data dari beberapa Pengadilan Agama menyebutkan, setiap tahunnya terdapat ribuan perkara perceraian. Terdiri dari talak atau gugatan cerai dari suami terhadap istri, begitu juga istri menggugat suami.
Saat ini dominasinya istri gugat cerai, alasannya kebanyakan dari perselisihan dan pertentangan yang dilatarbelakangi dari faktor ekonomi, seperti suami sudah tidak bisa menafkahi keluarga,” ujar H.Burhanuddin,S.Sos,M.H, Minggu (22/05).
Menurutnya, fenomena istri menggugat cerai suami karena sang istri sudah tidak sanggup lagi mengatur keuangan rumah tangga.
Penyebab perceraian terjadi Kebanyakan dari faktor ekonomi yang kurang, terutama dari kalangan yang berekonomi rendah dengan penghasilan sekitar rata-rata Rp 20 ribu per hari. Memang ada juga dari PNS dari guru pendidik tapi tidak banyak,” jelasnya.
Pisikolog Elsa Widyawati SPsi mengatakan pasangan suami istri (pasutri) yang bercerai karena himpitan ekonomi merupakan bukti tidak adanya tujuan pernikahan.
”Hampir 90 persen setiap pasangan bercerai gara-gara ekonomi, rata-rata tidak mempunyai tujuan dalam bingkai perkawinan. Mereka tidak punya komitmen yang jelas,” ungkapnya.
Apabila tujuan tidak bisa didefinisikan kedua pasangan, maka perjalanan pernikahan sangat rentan mengalami ketidakjelasan yang berujung perceraian.
”Kalau punya tujuan seperti ingin bahagia atau ingin bersama di surga, maka tantangan dalam berumah tangga akan dihadapi bersama,” jelasnya.
Kemudian, menurut Elsa, dari tujuan yang jelas akan menciptakan komitmen yang akan dibangun bersama-sama dan sebagai benteng ketahanan dalam berkeluarga. “Harus ada kesepakatan dan komitmen, dari komitmen juga akan tercipta komunikasi yang baik,” sarannya.
Sekarang ini, para pasangan yang membangun mahligai rumahtangga, tidak mengetahui kesakralan yang namanya pernikahan menurut kacamata agama.
”Agung sekali pernikahan itu, pahalanya juga besar. kalau mereka tahu pahalanya begitu besar, jika ada permasalahan yang menghadang termasuk masalah ekonomi, maka ketahanan dalam berumah tangga akan semakin kokoh,” ungkapnya.
Dia pun menyarankan kawula muda yang akan menikah untuk membuat komitmen dan tujuan yang jelas. Adapun pasangan yang sudah menikah harus me-review tujuan tersebut. Konsultasi juga kepada orang-orang yang memiliki ilmu di bidang agama, sarannya.
Kepada pasutri, untuk mengkaji masalah yang sedang dihadapi termasuk masalah ekonomi, janganlah terburu-buru mengambil keputusan bercerai.
”Perceraian itu jadikan nomor kesekian saat menghadapi masalah. Sekarang kaji dulu apa yang menyebabkan timbulnya permasalahan ekonomi tersebut,” pesanya.
Senada dengan Elsa, pisikolog Neni Solihatin MPsi mengatakan kebanyakan pasangan hidup tidak berpikir panjang ketika akan melakukan pernikahan.
”Mereka hanya berpikir pernikahan adalah suatu yang menyenangkan, bisa bersama sama dengan orang yang dicintai. Jelasnya singkat. (**)
Discussion about this post