Padang, targetindo.com – Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang kembali dihantam banjir bandang. Peristiwa kali ini mengakibatkan jembatan terbuat dari kayu yang menghubungkan warga Bandar Buat dengan warga Baringin, Sabtu kemaren (11/3/2017) putus total.
Dari hasil pantauan Tim, banjir juga merendam sebuah sekolah Taman Kanak-Kanak di kawasan Baringin, dan di dua titik perumahan warga yang terletak tak jauh dari tepi sungai, yakni kawasan Batung Taba dan Padang Besi setinggi 100 centi meter atau melebihi dada orang dewasa sebanyak 12 rumah.
Hendra, Kasi Kedaruratan BPBD Kota Padang saat diwawancari beberapa media mengatakan, “Untuk situasi diberingin jembatan gantung putus karena debit air cukup deras. Laporan sementara ada 12 rumah yang terendam banjir. Di Simpang Patai ada jembatan yang terancam, untuk korban jiwa nihil, dalam artian kita masih melakukan proses evakuasi masyarakat ke tempat yang lebih aman,” sebutnya.
Menurut kesaksian warga bernama Agusman, air datang tiba-tiba dari hulu usai hujan deras dan langsung merendam rumah warga. “Kita hanya bisa menyelamatkan apa yang dapat diselamatkan, anak dibawa keluar dan barang dikeluarkan seadanya, sedangkan tempat tidur terendam. Sekarang kami belum tahu mau tidur dimana, karena kasur basah dan karpet juga basah,” ujarnya berhiba hati.
Akibat banjir tersebut, sekitar puluhan Kepala Keluarga terpaksa dievakuasi dari rumah mereka dan terpaksa tidur dirumah saudara atau tetangga untuk mengantisipasi banjir bandang susulan, mengingat masih tingginya curah hujan. Namun beruntung dari peristiwa tersebut tidak ada menelan korban jiwa. Jelasnya.
“Penyebab banjir Bandang Baringin ini adalah akibat longsoran tanah limbah dari Bukit Karang Putih. Oleh karena itu, PTSP diminta bertanggungjawab” pungkas warga.
Terpisah, salah seorang sumber di lingkungan PTSP yang minta untuk tidak disebutkan namanya, menjelaskan, bahwa banjir bandang yang terjadi di Baringin tersebut, menurutnya adalah akibat pembukaan area 412 bukit Karang Putih PTSP yang tidak sesuai teknis tambang, karena pengupasan pembukaan lahan ditumpuk-tumpuk. Jadi, dengan dilakukan penumpukan limbah kupasan dimana-mana (bukit karang putih) menimbulkan terjadinya longsor karena bekas limbah pembukaan lahan digerus air hujan sehingga terbawa arus air hujan.
“Mestinya pembukaan lahan harus sesuai teknis dan jangan asal ditumpuk”, jelasnya singkat.
Menurut Sofyan RI Bujang, banjir bandang itu terjadi diprediksi akibat longsoran tanah Bukit Karang Putih. Karena pada tahun-tahun sebelumnya juga sudah pernah terjadi. Mestinya pihak PTSP melakukan penghijauan disekitar tambang agar ada lahan resapan, bukan penggundulan.
Tahun lalu, lanjutnya, saya sebagai putra daerah dan tokoh masyarakat setempat sudah mengajukan permohonan penghijauan sekitar Bukit Karang Putih melalui proposal pada tanggal 12 Oktober 2016. Lucunya malah ditolak oleh PTSP melalui suratnya tertanggal 12 Oktober 2016. Padahal, sangat berbahaya jika tidak dilakukan penghijauan.
“Sebelum PT. Semen Padang memikirkan, saya lebih dulu memikirkannya”, jelas Sofyan.
Adapun isi surat penolakan tersebut antara lain…. Bersambung (TIM).
Discussion about this post