Sijunjung, TI – Ketika kita berkunjung ke Nagari Unggan, tidak heran rasanya jika di setiap rumah masyarakat setempat akan dijumpai alat untuk merajut songket. Rata-rata ibu rumah tangga di daerah berhawa sejuk itu sangat piawai menenun songket yang dijadikan pekerjaan untuk menopang ekonomi mereka.
Nagari Unggan tepatnya terletak di Kecamatan Sumpur Kudus, Kabupaten Sijunjung. Kendati terpelosok, Nagari Unggan jadi penghasil songket kualitas terbaik.
Nagari Unggan juga terdapat bangunan dari Binaan Kementerian Perindustrian RI yang diberi nama Sentra Tenun Songket Unggan. Bangunan yang terbilang cukup besar itu dijadikan tempat pertemuan dan pelatihan para kelompok penenun.
Kegiatan menenun songket di Nagari Unggan sudah menjadi alternatif bagi kaum perempuan atau ibu-ibu untuk menambah penghasilan ekonomi keluarga. Apa lagi mayoritas masyarakat di Nagari Unggan adalah bertani.
Nagari Unggan sudah banyak melahirkan motif-motif tenun unggulan yang berkualitas, dan tak kalah menarik dengan motif tenun dari daerah lainnya. Bahkan ada dua motif andalan yakni motif lansek manih dan unggan seribu bukit.
Dikatakan Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Ir. Yulizar, M.P, Kamis (17/10/19). Masalah tenun ini merupakan salah satu comunity unggulan di Kabupaten Sijunjung. Itu sudah dikembangkan beberapa tahun terakhir dengan sentranya di Nagari Unggan. Kondisi saat sekarang, tenun unggan sudah ada di berbagai nagari di beberapa Kecamatan yang pada umumnya sudah memasyarakat.
“Ada beberapa hal yang perlu dilakukan perbaikan dalam rangka pengembangannya. Antara lain, menyoal motif, sebab selama ini kita melihat motif tenun tersebut perlu dikembangkan secara lebih luas, karena kalau motifnya tidak dikembangkan maka minat orang terhadap unggan tentu pilihannya menjadi terbatas” papar Yulizar kepada media ini.
Apabila motifnya banyak yang sama, tentunya akan membuat para pembeli menjadi kurang puas. Namun apabila motif tenunnya beragam atau banyak motif, pastilah minat dan daya beli masyarakat menjadi lebih tinggi.
Apabila tenun songket tampil dengan berbagai macam motif, maka akan lebih besar peluang pemasarannya. Kita sangat berharap agar kedepannya tidak lagi hanya untuk bahan pakaian saja. Akan tetapi dapat dikembangkan ke-anekaragaman produk yang berasal dari tenun tersebut, kata Yulizar.
“Rencananya beberapa bulan kedepan, dengan ditetapkannya Geopark Silokek sebagai warisan Nasional yang kemudian menjadi perkampungan adat. Otomatis daerah kita ini bisa menjadi destinasi wisata yang sangat luar biasa. Dengan semakin banyaknya pengunjung yang berwisata ke Geopark Silokek, setidaknya mereka (para pengunjung) pasti butuh cendramata sebagai kenang-kenangan untuk dibawa pulang dengan memiliki ciri khas daerah yakni tenun songket” katanya lagi.
Yulizar melanjutkan, tenun ini harus bisa di diversifikasi ke produk lain. Misalnya menjadi tas, peci, selendang syal, pernik perhiasan, dan bisa juga berbentuk gantungan kunci dan lain sebagainya. Dengan demikian pastilah akan menjadikan produk tenun dengan banyak variasi berpeluangnya besar menjadi lebih menarik dan laku dipasaran.
Dengan semakin banyaknya kunjungan wisatawan, tentulah akan berdampak lakunya cendramata tenun tersebut, dan kita berharap semuanya bisa berasal dari IKM kita sendiri, bukan berasal dari luar.
Terkait perkembangan tenun, sebut Yulizar melanjutkan, ada beberapa kegiatan tahapan dari pembuatan tenun itu masih memerlukan bantuan dari luar (belum mandiri). Misalnya dari silungkang dan lainnya, seperti pencelupan pemakaian alat mesin tenun semi otomatis.
“Sehubungan mesin semi otomatis itu belum dikuasai betul oleh pengerajin, diharapkan kedepannya dapat diproritaskan agar masyarakat kita bisa menguasai teknologinya. Jika teknik pencelupannya sudah bisa dikuasai, kemudian pemakaian alat mesin tenun semi otomatis juga mampu dikuasai, berarti bisa effesien dan modal produksinya juga bisa lebih effesien atau dapat ditekan”, tutur Yulizar. (RED/Danus).
Discussion about this post