Oleh : Yohandri Akmal
Dunia Wale.. Itulah sebutan teracap kali kudengar tentang dunia fenomenal di zaman sekarang. Kali ini penulis hanya mengupas salah satu tema yakni “Perselingkuhan”.
Mulai dari Pria – wanita, tua-muda dan seterunya ekonomi atas hingga menengah ke bawah juga berpotensi mengidap virus perselingkuhan. Beberapa narasumber menyebutkan bahwa perselingkuhan itu nikmat dan dahsyat, kata mereka. Entahlah, bagiku perselingkuhan itu sifatnya merugikan, lebih banyak mudarat daripada manfaat, kataku.
Praktisi perselingkuhan merasakan hidupnya seakan berwarna, padahal hanya fatamorgana saja. Mereka tak sadar dengan apa yang dilakukannya berimbas kepada hal sekitar. Misalnya, keluarga, anak, istri, penghasilan dan pergaulan.
Bagiku, tak perlu sulit untuk meneliti fenomena ini. Sebetulnya, aku sendiri telah mengobservasi hal ini melalui beberapa media social dan di lingkungan sekitar. Tidak terasa aneh sih, sebab kelakuan seperti itu sangat banyak terjadi serta terlihat.
Bahkan, sumber aneh sekalipun ikut menyebutkan bermacam fakta dunia perselingkuhan tersebut. Tolaik ukurku banyak, diantaranya ialah : status facebook, responsibilitas chatingan, ayam berkokok pukul 2 pagi (mitos), kawan-kawan, gossip selebriti, angka perceraian tinggi dan media informasi yang sering memberitakan tertangkap basahnya pelaku selingkuh. Intinya, ini bukanlah hal tabor lagi.
Meskipun demikian, perselingkuhan membawa dampak buruk kepada hal sekitarnya.
Contohnya saja, perceraian yang terjadi dan anak-anak menjadi korbannya. Jabatan yang sudah dibangun runtuh karena perselingkuhan, pendapatan berkurang karena perselingkuhan. Panti asuhan sering menampung anak-anak tak bersalah dibuang lantaran hasil perselingkuhan. Dan lainya.
Pemicunya, tentu karena dukungan yang berakibat kepada potensi perselingkuhan. Jika suami tak “diperlakukan”, maka potensi selingkuh akan ada. Sebaliknya, istripun juga sedemikian sama. Bila materi berlebih, potensi akan hinggap. Bila waktu tidak mencukupi untuk pasangan, juga menimbulkan potensi.
Persoalan sebenarnya adalah moral dan iman. Jika tak ada moral serta iman di dalam diri, maka tersesatlah manusia. Itu intinya.
Moral membantu manusia untuk lurus, dan iman menguatkan diri untuk bertahan. Moral akan menumbuhkan rasa malu, iman akan melahirkan rasa takut akan dosa. Kembalilah kepada hakikat penuh rasa saying terhadap pasangan dan keluarga, agar merdeka di dunia dan akhirat.
Discussion about this post