Seorang pemimpin jika ia telah terlena dengan jabatan sesaatnya. Maka ia tidak akan menunaikan amanah itu, karena telah lupa akan hakikat kepentingan yang sesungguhnya, atau karena terpengaruh dengan kemewahan duniawi sehingga melengahkan tugas-tugas kepemimpinannya.
Kepemimpinan hanya dijadikan alat untuk mencari keuntungan dan kekayaan duniawi pribadi, keluarga serta kelompoknya. Tidak heran lagi jika pemimpin seperti ini suka berbuat korupsi.
Allah Swt berfirman, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menjalankan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan suatu hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil”…(Qs. An-Nisa : 58).
Rasulullah SAW pun mengingatkan para pemimpin, “Siapa saja yang dianugerahkan Allah sebagai pemimpin, tetapi dia tidak berbuat sesuatu untuk kebaikan umatnya (malah sebaliknya menipu dan menzalimi umatnya ), Allah akan mengharamkan surga untuknya.” (HR. Bukhari).
Dalam hadis lain, Rasulullah SAW bersabda, “Asyaddunnaasi ‘azaban yaumul qiyamati imamun jair”. (Orang yang paling sakit siksaan di hari kiamat adalah pemimpin yang zalim (curang).” (HR. Thabrani dari Abdullah bin Mas’ud).
Oleh karena itu sebaiknya para pemimpin ketika menjadi pemimpin, jelas merupakan sebuah amanah. Maka amanah itu adalah titipan Allah berupa perintah untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, termasuk menjalankan keadilan, baik keadilan hukum, pendidikan, ekonomi maupun keadilan dalam bidang lain.
Kesejahteraan rakyat, kebenaran dan keadilan juga merupakan tuntutan rakyat yang telah memberikan kepercayaan penuh kepada para pemimpinnya, karena itu melaksanakan amanah Allah berarti juga melaksanakan kehendak rakyat. (**)
Discussion about this post