By : Yohandri Akmal
Selamat jalan pak. Kalimat singkat ini yang mampu kuucapkan. Tak akan ada kuasaku menahan kepergiannya jika hal itu sudah kehendak Illahi. Sahaja seorang Rahmad Piliang tetap membekas dipikiran ini, merundung ke dalam relung hati. Tajuk impian yang dia jabar selalu teringat, parahnya hal itu kuharap.
Rahmad Piliang seorang tokoh PERS dahsyat di Sumatera Barat. Karakter yang ia miliki tiada duanya, pekat, tegas dan inspiratif. Sajak-sajaknya tak lekang oleh waktu dan zaman. Semoga dalam damainya ini bisa mengkukir jejak bagi yang lainya seperti dia.
Kesederhanaan tutur, bahasa tubuh dan pemikiran untuk kedepan selalu indah ia utarakan. Goresan tinta yang ia tinggalkan selalu mampu mengguruiku. Pengalamanya menjadi acuan untuk memetakan arah menuju kesuksesan sejatinya hidup.
Di dalam damaipun, dirinya seolah-olah masih berbicara agar aku tetap teguh dalam mengkonsepi hidup yang singkat ini. Seluruh pesan darinya sudah tertangkap, sepertinya ilmu bermanfaat yang ia tinggalkan akan menjauhkan diri dari kemudaratan.
Tidak hanya diriku, merekapun merasakannya. Jika bisa memilih, mungkin penundaan perpisahan yang dipinta. Sebab, bersamanya kepercayaan diri seorang wartawan bisa ia wujudkan.
“Jangan pernah takuti hidup ini karena di dalamnya tersimpan berjuta kenikmatan”, kata Rahmad yang masih selalu kuingat.
Apa kata yang tepat untuk protes terhadap waktu?. Dia sahabat terbaik dalam mengejar mimpi, teman terbaik untuk dapat kuat berdiri. Masih tergambar jelas alunan tadir yang kita lewati, bicara, tertawa, bertingkah untuk kesukaan hati dan kini dia sudah dipanggil Yang Maha Kuasa. Kau sudah damai sahabat, kami mencintaimu. Semua canda tawa bayangmu takkan pernah hilang, mungkin batu nisan batasi kita namun ambisimu melekat untuk kujaga selalu membara. Kau adalah miliknya dan kepadanyalah kau akan kembali. Selamat jalan pak.
Discussion about this post