Bartius: Perbaikan Kanal Asal Jadi “Dinding Jebol, 4 Nyawa Tewas Sekaligus”
Padang, targetindo.com – Menurut Indra Leo, salah seorang wartawan senior Kota Padang, mengingatkan, dalam mengungkapkan kebenaran dari suatu peristiwa di sebuah media. Tentunya butuhkan investigasi panjang, konfirmasi ulang dan lainnya. Pekerjaan ini memang memakan waktu lama yang melalahkan, apalagi jika mengungkap fenomena ketertindasan dan ketidak-adilan yang terjadi dikalangan masyarakat. Sebab, disinilah letaknya peran sosial control yang sesungguhnya nan mesti dijalankan para insan pers. Yang benar, sampaikan dengan benar dan yang salah sampaikan dengan jelas disertai penulisan nan ber-etika.
Insan pers meski netral tanpa keberpihakan. Pemberitaan dengan berdasarkan nara sumber yang layak, disertai data dan fakta tanpa penulisan yang berat sebelah merupakan kunci utama insan Pers dalam menyuarakannya. Mengharapkan bayaran dalam sebuah pemberitaan apalagi ada maksud tertentu dibalik itu, tentunya akan berdampak buruk pada moralitas insan pers itu sendiri. Membalikkan fakta dalam suatu pemberitaan diatas bayaran yang menggiurkan, sama saja mengangkangi UU Pers dan etika jurnalistik, papar Indra Leo.
Kritikan membangun dengan berorientasi meluruskan akhlak moralitas bangsa, adalah kewajiban insan pers untuk menggiring opini dan pemberitaannya. Jangan suguhi informasi tidak benar atau hoak yang bisa merusak atau mempengaruhi persepsi masyarakat. Pemberitaan diberbagai media berperan besar dalam memunculkan opini masyarakat. Untuk itu, dengan tidak menjadikan Pers sebagai alat kepentingan tertentu (Kepentingan pribadi ataupun kelompok) maka Pers telah ikut membangun bangsa.
“Pers dalam setiap pemberitaannya harus jujur, transparan dan tidak dijadikan sebagai alat politik” tutup Indra Leo memberi pesan kepada media ini.
Melanjutkan Pemberitaan Redaksi sebelumnya (edisi 03), terkait jebolnya dinding kanal PLTA Kuranji Batu Busuk milik PTSP di Lubuk Ubi. Kali ini dengan menghimpun sumber terbaru, investigasi disertai data dan fakta lainnya. Alhamdulillah, atas se izin Tuhan YME, kelanjutan berita dapat kembali diteruskan.
Dipaparkan Bartius Gaus, Senin Sore (12/03/17) menyoal PLTA Kuranji Batu Busuk. Sepertinya Dirut PT. Semen Padang (PTSP) beserta kroni-kroninya sengaja merugikan perusahaan negara atau Pemegang Saham. Kenapa demikian? Merujuk pada mesin/generator PLTA Batu Busuk yang terdahulu, yakni mesin buatan atau built-up Jerman yang di operasikan sebelumnya, tidak ada kerusakan sama sekali. Pungkasnya.
Mesin yang dulunya didatangkan dari negara Jerman sebanyak 3 unit tersebut. Setahu Bartius, ketiganya masih cukup tangguh untuk difungsikan sebagai sumber energi listrik dalam memutar Tromol Api, Tromol Semen, Tromol Arang dan Tromol Tanah.
Dimana satu generator, kekuatannya mengeluarkan 500 kw, kalau dikalikan 3 mesin maka akan menghasilkan 1,5 mega watt atau mendatangkan arus listrik sebesar 1.500.000 watt perjamnya. Artinya, kesemuaanya masih layak pakai dengan ketahanan yang juga masih tangguh.
Anehnya, kenapa ketiga mesin PLTA buatan Jerman itu diganti dengan mesin buatan China yang dilakukan beberapa tahun lalu. Padahal, menurut analisa teknis saya beserta tim teknis nagari, mesin baru tersebut diragukan kualitas dan kekuatannya. Ungkap Bartius, mantan karyawan PTSP bagian penerangan yang sangat memahami teknis kerja generator pemutar turbin PLTA Kuranji Batu Busuk, sekaligus Putra asli setempat.
Sekarang ini, untuk PLTA Kuranji Batu Busuk, tidak lagi bisa beroperasi karena di blok warga akibat tidak adanya pertangungjawaban pihak Petinggi PTSP untuk mengganti kerugian besar yang di alami warga atas jebolnya dinding kanal PLTA Kuranji milik PTSP yang terjadi di Lubuk Ubi, Kelurahan Lumbung Bukik. Tepatnya tanggal 12 September 2012 lalu, dan kasusnya hingga sekarang masih bergulir di Pengadilan Kelas 1 A Padang. Pertanyaannya?, apakah keadilan akan didapat oleh warga yang menjadi korban atau putusan hukum berpihak kepada PTSP? Mari sama-sama kita tunggu, terang Bartius.
Meskipun begitu, memang sudah menjadi rahasia umum bila selama ini PTSP dikelilingi oleh oknum-oknum penegak hukum di Kota Bengkuang ini, baik di Pengadilan, Kajari ataupun Kajati. Kenapa tidak, andaisaja seluruh laporan LSM dan masyarakat seputar dugaan kuat perbuatan korupsi beserta tuntutan warga melalui gugatannya di pengadilan bisa diadili dan diputuskan dengan benar, maka tidak sedikit para petinggi PTSP masuk penjara. Jelasnya lagi.
Bak seperti seorang Dosen, Bartius kembali melanjutkannya, Generator PLTA buatan China itu wattnya lebih besar, namun tenaga listrik yang dihasilkannya tetap sama karena debit air yang mengaliri kanal itu masih sama seperti sebelumnya. Artinya, pekerjaan mengubah konstruksi bangunan kanal PLTA buatan Belanda oleh PTSP beberapa tahun lalu itu, merupakan kesalahan teknis dan gegabah. Jika di analisa, tampaknya hal itu sengaja dilakukan mereka..? demi memperoleh keuntungan besar dibalik itu, tanpa memikirkan kerugian yang dialami perusahaan negara (PTSP).
“Perlu saya perjelas kembali, mesin generator lama buatan Jerman itu, lebih tangguh daripada mesin baru yang didatangkan dari China. Sayangnya, mesin lama tersebut sudah dijual alias dikiloin oleh Pihak PTSP”. Menurut hemat kami, penggantiannya hanya akal-akalan Pejabat PTSP saja, pungkas Bartius meneruskan.
Menyoal perbaikan dan perubahan konstruksi kanal yang dikerjakan oleh rekanan PTSP dahulu, kekuatannya hanya bisa bertahan selama 3 tahun saja. Setelah itu, berakhir pecah dan memakan korban.
Padahal, bangunan kanal lama buatan Belanda itu masih kokoh dan kuat. Meskipun dulunya telah beberapa kali diterjang banjir dan longsor, namun dindingnya tidak pernah mengalami retak ataupun pecah. Lucunya, mengapa PTSP malah merubah konstruksinya “Ini sungguh tidak masuk akal” jelas Bartius terheran.
“Mungkin saja penggantian generator PLTA Kuranji terdahulu itu disinyalir korupsi, begitu juga perbaikan kanal yang terlihat asal jadi, sehingga berujung jebol!” rungut Bartius.
Sering dirinya mendengar, ungkap Bartius lagi, beberapa orang karyawan teknis PTSP acap mengatakan kepada warga, bahwa penyebab berhentinya pengoperasian PLTA Kuranji Batu Busuk, di-akibatkan atas kerusakan travo milik PLN di indarung. Menurutnya, itu merupakan keterangan bohong, sebab tidak ada hubungannya dengan PLTA Kuranji Batu busuk, karena PLTA secara teknis manghasilkan aliran listrik.
“Oon banget itu karyawan. Kalau nyari-nyari alasan yang masuk akal lah, emangnya masyarakat disini pada bodoh apa?” sindir Bartius.
Selanjutnya, dirinya merasa kalau belakangan ini Dirut serta Petinggi PTSP lainnya, kerap menciptakan berbagai polemic dengan warga lingkungan tanpa memikirkan hak-hak masyarakat. Baik hak untuk dapatkan keadilan maupun hak untuk memperoleh kenyamanan di tanah leluhurnya sendiri, serta hak mereka menikmati lingkungan hidup yang sehat dan bersih, selalu di-abaikan.
“Sudah saatnya KPK turun tangan untuk memeriksa beragam penyimpangan yang terjadi di PTSP tersebut” pinta Bartius.
Ditegaskannya, jika Pejabat PTSP masih saja terus menzolimi banyak warga, maka saya akan membongkar dan melaporkan seluruh penyimpangan serta praktik korupsi yang dilakukan mereka selama ini. Baik berdasarkan…… Bersambung. (TIM).
Discussion about this post