Padang, targetindo.com – Dikatakan Bartius Gaus, Jumat (21/04/17) Semasa Petinggi PT. Semen Padang (PTSP) masih dijabat oleh warga Belanda, dia tidak membenarkan kalau material dari bukit ataupun limbah lainnya, masuk kedalam kanal PLTA Kuranji Batu Busuk milik PTSP. Kebijakan itu diterapkan agar aliran air tetap berjalan lancar dan tidak tersumbat. Saking bijaknya Petinggi PTSP (warga Belanda) terdahulu, jarak antara kaki bukit dengan dinding kanal juga diperhitungkan, yakni dibebaskan antara 5 – 6 meter. Sedangkan pada bagian konstruksi atas kanal “tidak ditutup”. Tujuannya adalah, agar kondisi arus air dalam kanal selalu bersih atau mudah dibersihkan dan selalu terkontrol.
Dahulunya, petinggi Belanda pada prinsipnya “Menjaga keselamatan lingkungan, baik dalam pembangunannya maupun sepanjang pengoperasian kanal PLTA tersebut”. Artinya, segala aspek buruk yang dimungkinkan bakal ditimbulkan dikemudian hari, dikajinya dengan matang. Papar Bartius.
Selain itu, sepertinya pihak Petinggi PTSP sengaja menghilangkan investasi atau konstruksi yang lama PLTA Kuranji tersebut. Sebab, sewaktu terjadinya gempa besar 2009, dinding kanal PLTA Kuranji mengalami keretakan. Sehingga masyarakat Batu busuk melaporkannya kepada PTSP. Menyikapi laporan warga, memang PTSP memperbaikinya. Namun konstruksi lama (buatan Belanda) banyak yang dirubah dan pekerjaannya pun terlihat asal jadi. Mengetahui pekerjaan yang tampak asal jadi tersebut, warga sekitar menjadi khawatir dan cemas, dan mereka pun secara bersama complain dengan pihak PTSP.
“Malang tak bisa ditunda, musibah tak bisa ditolak”. Seiring berjalannya waktu, apa yang dicemaskan warga sekitar akhirnya terjadi jua. Tahun 2012 Kanal PLTA Kuranji berujung Jebol dan menewaskan 4 orang warga serta rumah dan harta benda lainnya, tuturnya.
“Setelah peristiwa mengerikan itu terjadi. Selang berapa lama, pekerjaan perbaikan kanal dikembalikan lagi seperti semula. Meski perbaikannya seolah-olah berbentuk konstruksi terdahulu. Namun tetap saja berbeda, dan pengerjaannya juga terlihat asal jadi, tidak sekuat dan tidak lagi sekokoh sebelumnya. Artinya, tidak sesuai teknis”, tuturnya lagi.
Diteruskan Bartius, tampaknya dalam pekerjaan merubah konstruksi lama dengan meninggikan dinding bandar kanal, yang bertujuan untuk meningkatkan debit air didalam kanal “Tidak berhasil”, karena debit air yang mengaliri kanal tetap saja tidak bertambah, dan bahkan airnya menjadi tidak lagi sebening semula. Padahal sebelumnya, dapat dimanfaatkan sebagai tempat wisata pemandian warga, serta bisa digunakan untuk kebutuhan minum dan memasak.
Selaku Lembaga Anak Nagari Tigo Jurai, kami bersama tim teknis telah melakukan ivestigasi terkait pembangunan kanal sekarang, mulai dari central hingga ke Lubuk Ubi (titik pecahnya kanal). Disimpulkan bahwa konstruksi sebelumnya (buatan belanda) banyak yang dirubah. Sedangkan besi baja ulir yang melintang di sepanjang kanal nan berjarak masing-masing 2,5 meter dan saling mengikat sekaligus berfungsi sebagai pengunci, “Diputus semua”. Sehingga kekuatan dinding kanal tidak lagi sekokoh terdahulu.
Masih teringat oleh kami, lanjut Bartius, sewaktu rekanan PTSP mengerjakan/mengubah konstruksinya itu, terlihat pasangan batu dinding kanal tidak sesuai spek, sedangkan adukan semen tidak mengacu takaran dan bercampur tanah lumpur.
“Saya melihat langsung pekerjaannya waktu itu, dan saya bisa menunjukan dititik mana saja yang dikerjakan dengan asal-asalan” sorong Hasan Basri sembari menunjukkan titik dimaksud kepada media ini di lokasi kanal.
“Konstruksi lama yang dirubah tersebut, sama saja menghancurkan aset yang ada serta merugikan BUMN dan Semen Indonesia” Sebut Bartius Gaus memotong ucapan Hasan Basri.
Kami tidak habis pikir, pada sidang ke 13 di pengadilan beberapa minggu lalu, terdengar terlihat, bahwa saksi dari PTSP (tergugat) memberikan keterangan bertele-tele dan tidak mengetahui dengan benar terkait peristiwa jebolnya dinding Kanal PLTA tersebut. Sementara dirinya (saksi) bekerja di PT Pasoka anak perusahaan PTSP.
“Dalam persidangan, tentunya saksi semacam ini tidak dibenarkan, namun kenapa dipaksakan juga oleh Pengacara Tergugat agar Hakim mencatat keterangan saksi itu”, pungkas Bartius.
Menurut Ghazali Harun, Komandan Komando Khusus MPI (Masyarakat Pancasila Indonesia) Prov. Sumbar, melalui anggotanya memaparkan. Tuntutan ganti rugi warga Batu Busuk yang berujung hingga ke Pengadilan tersebut, sangat kita sayangkan sekali. Mestinya hal itu tidak perlu terjadi, jika Petinggi PTSP bijak dalam menyikapi tuntutan warga yang terkena musibah itu.
Seharusnya, Petinggi PTSP mau mengedepankan hati nuraninya serta dapat merasakan kerugian dan duka mendalam yang dialami korban. Janganlah dipersulit, tuntutan yang disampaikan mereka hanya berdasarkan ”Surat Kesepahaman Bersama” yang nyata-nyata telah disepakati sebelumnya, ungkapnya.
Bantulah kesulitan orang lain, Tuhan akan mudahkan urusan kalian. Barangsiapa yang membantu menghilangkan satu kesedihan (kesusahan), dari sebagian banyak kesusahan hamba-Nya ketika didunia, maka Tuhan akan menghilangkan satu kesusahan (kesedihan) dari sekian banyak kesusahan dirinya pada hari kiamat kelak. Dan barangsiapa yang memberikan kemudahan (membantu) kepada orang yang kesusahan, niscaya Tuhan akan membantu memudahkan urusannya didunia dan di akhirat, tutur Ghazali.
“Sesungguhnya Tuhan akan selalu menolong seorang hamba selama dia gemar menolong sesama. Setiap mereka yang mendahulukan kepentingan sesama, Tuhan pasti bukakan keberkahan kepadanya. Apa yang telah disampaikan Tuhan YME melalui kitab suci yang diturunkan-Nya, wajib kita yakini dan di imani”, tuturnya lagi.
Untuk itu, sudah sewajarnya Petinggi PTSP terutama Dirut nya, bekerja dengan mengedapankan hati nurani. Utamanya dalam menampung beragam keluhan masyarakat sekitar. Perlu disadari juga “Janganlah mengambil keuntungan dibalik polemic yang ada. Dan didalam internal perusahaan, janganlah terjadi praktik jeruk makan jeruk”. Sebut Ghazali.
Selanjutnya, kita mesti loyal terhadap atasan. Jangan berpura-pura baik saat didepan pimpinan, namun menusuk dari belakang, apalagi sengaja membuat “titian barakuk” kepada pimpinan. Jangan memainkan politik kotor, yang hanya merugikan diri sendiri. Sepandai-pandai bermain api, suatu saat pasti bakal terbakar.
Selain itu, Pimpinan mesti tegas, jangan loyo dan tidak perlu takut membuat atau mengambil keputusan, kalau sudah benar “Jalankan..!!”. Apabila kita lembek atau tidak tegas pada bawahan (anak buah), maka dimungkinkan bawahan akan mencari celah untuk mengambil keuntungan maupun menjatuhkan kita. Jika ada bawahan yang tidak taat aturan, beri peringatan keras kapan perlu diganti.
Demi kemajuan PTSP, sepatutnyalah semua petinggi yang ada didalamnya, berperilaku baik dan utamanya ber-akhlak baik. Jangan bermain politik kotor semata, dengan tujuan untuk meraup keuntungan pribadi ataupun meraih jabatan dengan cara menjatuhkan kawan. Pungkas Komandan Komando Khusus MPI Prov. Sumbar ini.
Jika Petinggi PTSP “BIJAK” tentunya warga Batu Busuk tidak bakal merasa terzolimi ataupun menggugat ke pengadilan. Marilah kita menjaga nama baik ataupun nama besar PTSI sebagai induknya PTSP. Jangan mentang-mentang mereka itu masyarakat kecil, lalu se-enaknya dizolimi. Kita tidak bakal selamanya menjadi pejabat.
Apapun agamanya “Barang siapa yang sengaja menzolimi sesama, maka azab Tuhan suatu saat pasti datang”, sebut Ghazali menyudahi komentarnya dengan awak media ini.
Dari hasil pantauan awak media ini dilapangan, kanal yang ditutup tersebut terlihat dijadikan jalan untuk akses menuju…. Bersambung (TIM).
Discussion about this post