Target Sumbar – Dilihat dari relief yang terpahat pada dinding candi Borobudur terbagi menjadi empat kisah utama yaitu : Gandawyuda, Karmawibangga, Lalita Wistara, Jataka dan Awadana. Selain mengisahkan tentang perjalanan hidup Sang Buddha dan ajaran-ajarannya. Relief tersebut juga merekam jejak kemajuan masyarakat Jawa pada masa itu.
Rekam jejak nenek moyang Bangsa Indonesia, konon katanya adalah pelaut yang ulung dan tangguh yang dapat dilihat pada 10 relief kapal yang ada. Salah satu relief kapal dijadikan model dalam membuat replika kapal yang digunakan untuk mengarungi The Cinnamon Route dari Jawa hingga benua Afrika. Sekarang ini replika kapal yang disebut sebagai Kapal Borobudur itu disimpan di Museum Samudra Raksa dan terjaga dengan baik.
Untuk mengikuti alur jalinan kisah yang terpahat pada dinding candi, pengunjung harus berjalan mengitari candi searah jarum jam atau yang dikenal dengan istilah pradaksina. Masuk melalui pintu timur, berjalan searah jarum jam agar posisi candi selalu ada di sebelah kanan, hingga tiba di tangga timur dan melangkahkan kaki untuk naik ke tingkat tangga berikutnya.
Untuk mengitarinya bisa dilakukan berulang-ulang hingga semua tingkat terlewati. Ketika berada di puncak candi yang berbentuk stupa induk, memandang ke segala arah akan terlihat deretan Perbukitan Menoreh, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi, dan Gunung Merbabu yang berdiri tegak mengitari candi. Gunung dan perbukitan tersebut seolah-olah menjadi penjaga yang membentengi keberadaan Candi Borobudur yang terkenal megah ini.
Menurut legenda, Candi Borobudur dibangun oleh Raja Samaratungga antara abad ke-8 hingga abad ke-9, bersamaan dengan Candi Mendut dan Candi Pawon. Proses pekerjaan pembangunan berlangsung selama 75 tahun di bawah kepemimpinan arsitek Gunadarma. Gunadarma ini mampu menerapkan sistem interlock dalam pekerjaan pembangunan candi. Diperkirakan sebanyak 60.000 meter kubik batu andesit dengan jumlah 2.000.000 balok batu, diusung dari Sungai Elo dan Progo yang dipahat dan dirangkai menjadi puzzle raksasa yang menutupi sebuah bukit kecil hingga terbentuk Candi Borobudur yang megah ini.
Candi Borobudur memiliki nilai seni budaya yang sangat tinggi dan menjadi bukti peradaban manusia pada masa lalu dengan nilai filosofisnya. Dengan mengusung konsep mandala dengan melambangkan kosmologi alam semesta dalam ajaran Buddha, bangunan megah ini dibagi menjadi tiga tingkatan. Yaitu dunia hasrat atau nafsu (Kamadhatu), dunia bentuk (Rupadhatu), dan dunia tanpa bentuk (Arupadhatu).
Menelusuri ketinggian Candi Borobudur ini merupakan laksana seperti bunga teratai di atas bukit. Sedangkan dinding-dinding candi yang berada di tingkatan Kamadatu dan Rupadatu merupakan sebagai kelopak bunga, sementara deretan stupa yang melingkar di tingkat Arupadatu menjadi benang sarinya. Stupa Induk melambangkan Sang Buddha, sehingga secara utuh Borobudur menggambarkan Buddha yang sedang duduk di atas kelopak bunga teratai.
Untuk menikmati kemegahan Candi Borobudur ini, bisa dilakukan dengan menyusuri lorong dan naik ke tingkat teratas candi. Satu hal yang jangan dilewatkan adalah menyaksikan Borobudur Sunrise dan Borobudur Sunset dari atas candi. (**)
Discussion about this post