targetsumbar.com – Rencana matang yang telah dipersiapkan panitia terkait dua pertunjukan yang akan digelar IMAJI, yakni Rumah Drama dan Penulisan Kreatif. Yang mana pentas seni ini diselenggarakan berturut-turut selama dua malam, di Teater Utama Taman Budaya Sumatera Barat, dimulai pada pukul 20.00 WIB.
Kedua pertunjukan seni ini, dengan judul Dendang Lain Waktu dan Robohnya Surau Kami. Robohnya Surau Kami merupakan naskah yang ditulis berdasarkan pembacaan terhadap cerita pendek karya AA Navis, dengan judul yang sama. Naskah dan penyutradaraan dikerjakan oleh Muhammad Ibrahim Ilyas.
Pada pertunjukan Dendang Lain Waktu yang nantinya digelar pada hari Jumat, 20 Mei 2016. IMAJI bekerjasama dengan Sanggar Seni Dayung Dayung. Dimana pada pertunjukan ini, merupakan kolaborasi antara teater dan musikalisasi puisi, dengan mengetengahkan masalah pengucapan yang tertahan, dan literasi yang mandek, dalam realita hari ini.
Dalam pementasan ini, terdapat sepuluh puisi yang bakal dimusikalisasikan oleh Yudhistira Alin. Pada penampilan itu, berpadu dengan panggung yang berjalan, bersamaan dalam empat alur kelompok penokohan pada dimensi yang berbeda.
Sedangkan Dendang Lain Waktu sudah dipentaskan pada akhir tahun lalu, dalam iven Pekan Seni Nan Tumpah. Pertunjukan ini ditampilkan kembali dengan beberapa perubahan, dimana dalam proses perubahannya telah berlangsung sejak Januari 2016 lalu. Dengan konsep mempertemukan bunyi dengan gerak, kata dan musik menjadi dialog, gerak menjadi musik dan kata-kata menjadi komposisi bunyi. Dendang Lain Waktu didukung oleh 8 pemain dan 3 pemusik, yang diambil dari Imaji dan Dayung-Dayung.
Robohnya Surau Kami, yang ditulis bersumber pada cerita pendek AA Navis, bukan merupakan dramatisasi cerpen itu. Karya Navis menjadi sumber ide, yang kemudian dipertemukan dengan kenyataan hari ini. Sikap personal dan situasi masyarakat, dunia mikro kehidupan seseorang dan realitas makro yang berada di sekitarnya.
Gagasan Navis yang membentang kenyataan tentang menjalani hidup demi akhirat, dunia atau saling melengkapi antara keduanya, terasa menjadi relevan kembali pada hari-hari ini. Bahkan dalam bentuk yang lebih ekstrim, banyak kelompok yang mengatasnamakan agama demi kepentingan dunianya. Seperti politik, ekonomi, atau kelompoknya. Pagelaran ini didukung oleh 35 pemain, yang terdiri dari mahasiswa beberapa perguruan tinggi di Padang, dan 20 siswa MTsN Lubuk Buaya, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang.
Dua Pentas Rumah Drama IMAJI 2016 ini, berlangsung dengan pembiayaan yang berasal dari para donatur dan penonton yang menyumbang tiket seharga Rp.20.000,- setiap pertunjukan, demikian dikatakan Dwi Oktaviantika, Ketua IMAJI yang bertindak selaku pimpinan produksi. (Red)
Discussion about this post