New York, targetindo.com – Serapan tenaga kerja di Amerika Serikat (AS) pada Januari 2016 mencapai 227.000 pasca pelantikan Donald Trump menjadi Presiden AS. Sebelumnya, di bulan Desember, serapan tenaga kerja di AS mencapai 157.000 orang.
Jumlah pengangguran di AS tadinya mengalami peningkatan hingga 4,8% dan mulai banyak orang AS mulai mencari pekerjaan lagi. Sehingga mampu mendorong semakin rendahnya jumlah pengangguran.
Ini merupakan laporan pertama yang dirilis di bawah kepemimpinan Trump. Namun, Departemen Ketenagakerjaan melakukan survei ini pada minggu kedua Januari saat Presiden Barack Obama masih di Gedung Putih.
Laporan ini sekaligus merepresentasikan ekonomi yang mulai beralih ke kepemimpinan Trump.
“Presiden Trump mewariskan ekonomi dengan harapan mampu menyerap seluruh tenaga kerja yang ada di AS, namun masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan,” ujar Elise Gould, seorang ekonom di Institut Kebijakan Ekonomi seperti dilansir dari CNN, Minggu (5/2).
Pada sisi lain, laporan ini sekaligus menjadi perdebatan karena Presiden Trump pernah dijuluki sebagai ‘penipu’ dalam menampilkan data pengangguran. Para tenaga kerja dan berbagai pihak juga mengkritisi data tersebut.
Meskipun terjadi penyerapan tenaga kerja yang terbilang baik, Trump juga mewariskan masalah ketenagakerjaan di AS.
Tingkat setengah pengangguran alias orang yang bekerja tapi dianggap tidak mencukupi kebutuhannya, merupakan jumlah pengangguran ditambah dengan mereka yang bekerja paruh waktu.
Angka ini mengalami kenaikan di Januari menjadi 9,4% dari 9,2% pada bulan Desember.
Tetapi, angka tersebut cenderung turun dalam setahun terakhir. Namun, ada 5,8 juta orang AS yang bekerja paruh waktu namun menginginkan pekerjaan penuh waktu atau full time.
Kualitas dari pekerjaan adalah hal lain, misalnya AS menyerap lebih dari 76.000 tenaga kerja di ritel dan restoran pada Januari. Tenaga kerja di sektor ini cenderung mereka yang memiliki keterampilan rendah dan dibayar dengan upah yang rendah.
Di sisi lain, Ekonomi AS juga ternyata mengalami penguatan dengan meningkatnya upah. Sektor konstruksi menyumbang 36.000 tenaga kerja, jasa keuangan 32.000 tenaga kerja baru, dan layanan kesehatan ada 18.000 lapangan kerja baru.
Sementara itu, sektor manufaktur menyerap lebih banyak tenaga kerja di Januari. Beberapa orang melihat adanya harapan di bawah kepemimpinan Trump.
“Pekerjaan di sektor manufaktur akan mengalami lebih banyak permintaan. Sektor ini akan fokus kepada banyak pengerjaan,” tutur Edward Fleischman, CEO Grup ExecuSearch.
Hal ini juga sekaligus realisasi janji kampanye Trump untuk menciptakan 25 juta lapangan kerja baru dalam 10 tahun ke depan.
Banyak ekonom mengatakan, Trump akan ditantang untuk menyediakan lapangan kerja dengan tingkat pengangguran yang sudah rendah dan pertumbuhan ekonomi yang masih lambat.
Di sisi lain, rencananya untuk memotong pajak dan menghabiskan dana besar untuk pembangunan infrastruktur juga dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.**
Discussion about this post